Rabu, 02 April 2008

PESAN MORAL DI BALIK FILM AYAT-AYAT CINTA

Saudaraku in Allah,
Dua pekan belakangan ini orang ramai banyak menyerbu bioskop-bioskop (wayang : melayu) di seantero negeri untuk menengok film terbaru yang di ilhami dari novel karya Habiburrahman El Shirazy; Ayat-Ayat Cinta. Penontonnya mulai dari belia, mahasiswa, orang tua, pejabat parlimen bahkan Former Indonesian President, Bj Habibie juga ikut menyaksikan film itu. Luar biasa hebat! Semuanya merasa rugi jika tak ikut menonton mereka rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan ticket menonton, bahkan ada yang kecewa tak dapatkan ticket. Bahkan ada perkumpulan yang mengatur supaya perkumpulan mereka bisa menonton bersama. Semua terhipnotis dengan film yang ditunggu-tunggu itu, bahkan ia menjadi pembicaraan dimana sahaja dan dimuat di berita, akhbar, bulletin, blogs dan sebagainya.


Ada banyak hal positif yang bisa kita jadikan moral values dari film tersebut, pada percakapan pelakon, Fahri mengata kepada orang barat yang menanyai soalan Islam bahawa Islam tiada mengenal pacaran..Kemudian lagi, Fahri tak mahu menyalami perempuan dari barat itu kerana alasannya adalah tak boleh dikarenakan bukan mahram..
Hal itu benar, tanpa dibuat-buat memang itulah adanya. Itu bukan kerana Islam di Mesir, bukan krn budaya Arab atau itu bukanlah kerana pendapat Radikal,bukan karena sok suci dan itu bukanlah tuntutan etika film Islami. Sekali lagi,memang itu sebuah kebenaran.


Hal itu berkenaan dgn Hadits Rasulullaah Shallalaau 'alayhi Wasallam :
"Disampaikan dari Abdan Bin Ahmad,kemudian disampaikan dari Nashr Bin Ali,telah berkata telah disampaikan kepada Syadad bin Sa'id, dari Abil 'Ala',disampaikan kepadaku dari Ma'qil bin Yasar,berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: "Apabila di tusukkan besi panas kepada seorang lelaki, itu lebih baik baginya dari pada menyentuh perempuan yang tiada halal baginya (bukan Mahramnya)"
Hadits Riwayat Ath Thabrani dalam kitab Al Mu'jam Al Kabiir


inilah ketegasan yang disampaikan Rasulullah, namun banyak ummat beliau tak acuh saja dengan hadits ini.

Harapan kita, penonton yang banyak itu tak hanya terlena dengan romantiknya film itu, jangan hanya sekedar berhurai airmata kerana alunan muzik yang mendayu dan terbawa emosional/perasaan.


Film itu juga sampaikan pesan kepada kita bahawa cinta itu bukanlah cinta yang ada pada sebelum nikah, namun cinta itu adalah yang terjadi selepas nikah. Film itu jua memesankan bahawa bagaimana wanita mesti menjaga kehormatan diri, tanpa harus “Menyodorkan” diri, berdua-duaan, disentuh lelaki yang bukan mahramnya.



HADITS yang sudah saya sampaikan itu MERUPAKAN RUJUKAN UTAMA, kenapa Islam tak mengenal pacaran, jadi terserah bagi kita,patuh kepada Rasulullah atau kita tolak kebenaran yang sudah datang kepada kita.Kita penentunya, pilih baik, atau buruk?


"Dan Kami berikan mereka dua jalan (baik atau buruk)" QS 90 Al Balad:14


Itulah nilai edukasi agama yang bisa kita tangkap , bahwa tiada Istilah PACARAN dalam Islam, Dan mesti kita ingat bahawa jangan memutar balikkan agama dengan mengubah istilah pacaran itu menjadi Ta’aruf. Jangan jadikan Ta’aruf sebagai tameng/perisai penghalalan diri untuk pacaran.


Sudah saatnya pola fikir kita diubah, bahawa untuk mendapati jodoh bukanlah pacaran solusinya, Pacaran adalah kebiasaan/budaya orang Nasrani, Islam telah memberikan solusi yang lebih mulia, lebih terhormat: Ta’aruf, mendapati jodoh tanpa mesti berpacaran. Maka apa salahnya kita memilih cara ini.


Rasa suka kepada lawan jenis atau jatuh cinta adalah sebuah kewajaran, itu adalah Fitrah kita manusia, tak mesti pelampiasannya dengan berkhalwat (berdua-duaan) dengan berlainan jenis yang bukan Mahram kita.


Allah Maha Mengetahui Apa yang tersembunyi dalam hati, apa yang kita perbuat.


Sebarkanlah mesej ini, penulis ikhlas untuk disebarluaskan.


Mohon Maaf atas segala kesilapan
Wassalam

(Ahmad Tarmizi Alhabsyi S.E)

---------akh ambil dari buletin board from fs Isty----------